aku g faham apa itu gender. apa itu feminisme. apa itu emansipasi... g faham sama sekali.
aku hanyalah perempuan biasa yang berfikir sederhana, dan memang tak ingin membebani fikiran dengan hal2 yang sulit kumengerti.
aku pernah membaca sebuah novel yang memuat beberapa pemikiran tentang pandangan Islam terhadap perempuan. ada salah satu dialog yang membuatku heran membacanya. di sana ada seorang perempuan yang tidak terima dengan salah satu pernyataan sayyiduna Ali RA yang dikutip oleh penyusun kitab 'Uqudul Lujain "Sebaik-baik perbuatan perempuan adalah seburuk-buruk perbuatan lelaki. itu adalah bakhil, penakut, dan sikap cuek" dia menganggap melalui pernyataan ini si ulama' telah merendahkan derajat perempuan. yang saya tangkap dari dialog yang terjadi di situ adalah perempuan itu merasa direndahkan derajatnya sebagai perempuan. melas sekali dia. sudah berusaha berbuat sesuatu yang paling baik tapi jika disandingkan dengan kaum lelaki dia hanyalah mendapat level lelaki paling buruk. dan dia pun mencari-cari di mana letak keadilan itu.
hmmmh.... batinku, kenapa se orang2 ini membebani fikiran mereka sendiri. bikin benang kusut di otaknya. malah ruwet. yang parah justru mengklaim ketidakadilan para ulama' dan menyangsikan penghormatan Islam kepada perempuan itu sendiri.
sebagai perempuan yang selalu berfikir sederhana saja, aku justru merasa penyataan sayyiduna Ali tersebut adalah pernyataan yang tidak hanya membela perempuan, tapi juga meninggikan derajatnya. (dengan ini, aku ucapkan jazakumullah ahsanal jaza' kepada sayyiduna Ali). justru aku merasa bersyukur dilahirkan sebagai seorang perempuan. bagaimana bisa perbuatan lelaki yang paling buruk pun yang telah disebutkan tadi bisa menjadi perbuatan yang baik bila perempuan yang mengaplikasikan. bakhil, bagi lelaki itu buruk. tapi bagi perempuan itu baik. terlepas dari apa maksud beliau tentang bakhil, cuek dan penakut itu, yang jelas dari pernyataan beliau aku merasa perempuan memiliki begitu banyak potensi dan kesempatan untuk menjadi hamba yang baik. Lha wong dengan perbuatan lelaki yang paling buruk saja perempuan bisa menjadi perempuan yang baik, apalagi jika dia mau mengaktifkan perbuatan lelaki yang baik. wah, aku g bisa bayangkan jadi setinggi apa derajat perempuan. senang sekali aku sebagai perempuan. mudah kan jadi perempuan.
pula, terjadi banyak pertemuan2 dan dialog2 mengenai perempuan. feminis2 itu merasa tak ada penyamaan hak antara lelaki dan perempuan, apa itu namanya? emansipasi? sekali lagi aq g memahami maksudnya. hal-hal yang selalu mereka ributkan adalah masa perempuan di dapuuuur terus. bikinin kopi suami. nyiapin makan si bayi. mandiin anak, ngantar ke sekolah. nyuci baju keluarga.. orang2 itu merasa dijadikan pembantu. padahal siapa yang jadikan pembantu. mereka sendiri lah yang menjustifikasi dirinya sendiri sebagai seorang pembantu. ada yang nyeletuk, "enak'e si suami itu. mereka keluar. kerja. sampe rumah tinggal suruh2 istri bikin kopi. emang kita apaan?" waduh.. semakin takjub aku mendengar pernyataannya, aku hanya bisa batin "apa sih susahnya bikin kopi jika itu bisa jadi kereta kita menuju surga.menyiapkan bekal anak2 ke sekolah, menyisiri rambutnya, bukankah itu ladang pahala juga?" kenapa harus iri dengan lelaki. pekerjaan dan tanggung jawab mereka justru lebih berat. dan potensi mereka menjadi manusia yang baik sebenarnya lebih sempit dari perempuan. hahahaha (bagi laki2, jangan iri ya).
sudahlah g perlu ribut2 kalo mendiskusikan perempuan. kita sudah dienakkan kok sama Allah.
kepada Allah, rasul, para sahabat dan para ulama', saya haturkan banyak terima kasih.
aku hanyalah perempuan biasa yang berfikir sederhana, dan memang tak ingin membebani fikiran dengan hal2 yang sulit kumengerti.
aku pernah membaca sebuah novel yang memuat beberapa pemikiran tentang pandangan Islam terhadap perempuan. ada salah satu dialog yang membuatku heran membacanya. di sana ada seorang perempuan yang tidak terima dengan salah satu pernyataan sayyiduna Ali RA yang dikutip oleh penyusun kitab 'Uqudul Lujain "Sebaik-baik perbuatan perempuan adalah seburuk-buruk perbuatan lelaki. itu adalah bakhil, penakut, dan sikap cuek" dia menganggap melalui pernyataan ini si ulama' telah merendahkan derajat perempuan. yang saya tangkap dari dialog yang terjadi di situ adalah perempuan itu merasa direndahkan derajatnya sebagai perempuan. melas sekali dia. sudah berusaha berbuat sesuatu yang paling baik tapi jika disandingkan dengan kaum lelaki dia hanyalah mendapat level lelaki paling buruk. dan dia pun mencari-cari di mana letak keadilan itu.
hmmmh.... batinku, kenapa se orang2 ini membebani fikiran mereka sendiri. bikin benang kusut di otaknya. malah ruwet. yang parah justru mengklaim ketidakadilan para ulama' dan menyangsikan penghormatan Islam kepada perempuan itu sendiri.
sebagai perempuan yang selalu berfikir sederhana saja, aku justru merasa penyataan sayyiduna Ali tersebut adalah pernyataan yang tidak hanya membela perempuan, tapi juga meninggikan derajatnya. (dengan ini, aku ucapkan jazakumullah ahsanal jaza' kepada sayyiduna Ali). justru aku merasa bersyukur dilahirkan sebagai seorang perempuan. bagaimana bisa perbuatan lelaki yang paling buruk pun yang telah disebutkan tadi bisa menjadi perbuatan yang baik bila perempuan yang mengaplikasikan. bakhil, bagi lelaki itu buruk. tapi bagi perempuan itu baik. terlepas dari apa maksud beliau tentang bakhil, cuek dan penakut itu, yang jelas dari pernyataan beliau aku merasa perempuan memiliki begitu banyak potensi dan kesempatan untuk menjadi hamba yang baik. Lha wong dengan perbuatan lelaki yang paling buruk saja perempuan bisa menjadi perempuan yang baik, apalagi jika dia mau mengaktifkan perbuatan lelaki yang baik. wah, aku g bisa bayangkan jadi setinggi apa derajat perempuan. senang sekali aku sebagai perempuan. mudah kan jadi perempuan.
pula, terjadi banyak pertemuan2 dan dialog2 mengenai perempuan. feminis2 itu merasa tak ada penyamaan hak antara lelaki dan perempuan, apa itu namanya? emansipasi? sekali lagi aq g memahami maksudnya. hal-hal yang selalu mereka ributkan adalah masa perempuan di dapuuuur terus. bikinin kopi suami. nyiapin makan si bayi. mandiin anak, ngantar ke sekolah. nyuci baju keluarga.. orang2 itu merasa dijadikan pembantu. padahal siapa yang jadikan pembantu. mereka sendiri lah yang menjustifikasi dirinya sendiri sebagai seorang pembantu. ada yang nyeletuk, "enak'e si suami itu. mereka keluar. kerja. sampe rumah tinggal suruh2 istri bikin kopi. emang kita apaan?" waduh.. semakin takjub aku mendengar pernyataannya, aku hanya bisa batin "apa sih susahnya bikin kopi jika itu bisa jadi kereta kita menuju surga.menyiapkan bekal anak2 ke sekolah, menyisiri rambutnya, bukankah itu ladang pahala juga?" kenapa harus iri dengan lelaki. pekerjaan dan tanggung jawab mereka justru lebih berat. dan potensi mereka menjadi manusia yang baik sebenarnya lebih sempit dari perempuan. hahahaha (bagi laki2, jangan iri ya).
sudahlah g perlu ribut2 kalo mendiskusikan perempuan. kita sudah dienakkan kok sama Allah.
kepada Allah, rasul, para sahabat dan para ulama', saya haturkan banyak terima kasih.
Sehebat apapun laki-laki, toh dia lahir dari rahim ibunya yang tidak lain adalah seorang wanita.
BalasHapusSaya lebih suka kata wanita (wani ditata) daripada perempuan. hehehe.