Sabtu, 26 Oktober 2013

KISAH TENTANG SAMPAINYA PAHALA KEBAIKAN YANG DIKIRIMKAN OLEH ORANG YANG MASIH HIDUP PADA ORANG YANG TELAH WAFAT

Diceritakan bahwa ada seorang ulama’ yang bermimpi melihat para ahli kubur dalam suatu tempat pemakaman saling keluar dari kuburnya, dan masing2 mendapatkan sesuatu (entah, ulama’ tsb tak mengetahui apa yg mereka bawa), dia merasa takjub melihat mereka. Kemudian dia melihat seseorang yang duduk2 sendiri tak mengambil apa-apa seperti yang dibawa oleh teman-temannya. Akhirnya terjadi percakapan antara ulama’ tersebut (U) dan ahli qubur (Q) yg sedang duduk itu.

U: apa yg dibawa oleh para ahli kubur itu?

Q: itu adalah hadiah yg dikirimkan oleh muslimin di dunia, berupa pahala membaca al-qur’an, pahala shodaqoh dan do’a

U: dan mengapa engkau tak mengambilnya?

Q: aku tak butuh, aku sudah cukup

U: kenapa kau bisa merasa cukup dan tak butuh?

Q: karena pahala khotmil qur’an yang dihadiahkan oleh anakku setiap hari. Saat ini ia berjualan di pasar ini (dalam kitab disebut pasar al-fulany).

Setelah percakapan itu, sang ulama’ terbangun dari tidurnya kemudian pergi ke pasar tempat anak ahli kubur itu bekerja. Di sana, ia bertemu dg seorang pemuda yang berdagang dan mulutnya berkomat-kamit seakan membaca sesuatu. Ulama’ itu pun bertanya, “nak, apa yg sedang kau baca hingga mulutmu berkomat-kamit?” Pemuda itu menjawab, “aku membaca al-Qur’an dan aku hadiahkan pahalanya untuk ayahku di kuburnya.”

Selang beberapa waktu setelah kejadian itu, sang ulama’ kembali bermimpi melihat para ahli kubur keluar dari kuburnya dan membawa sesuatu seperti mimpi sebelumnya. Namun ternyata, ahli kubur yg dilihatnya di mimpi pertama dulu hanya duduk tanpa ikut2 ribut mengambil kiriman sekarang ikut mengambil dan membawa sesuatu seperti yg dilakukan teman2nya. Sang ulama’ pun terbangun dari tidurnya dan merasa heran dg mimpinya. Kemudian ia berangkat ke pasar dan ternyata ia mendapat kabar bahwa pemuda (anak ahli kubur itu) telah wafat.

Sumber: Syaikh Zainuddin bin Abdul ‘Aziz bin Zainuddin al-Malyabari, (Surabaya: Pustaka al-Hidayah) Irsyadul ‘Ibad, hal: 35


Dari cerita di atas, ada beberapa hikmah yg dapat kita ambil:

1.  Sampainya pahala kebaikan yg diniatkan dan dikirimkan oleh orang yg hidup kepada ahli kubur

2. Para ahli kubur sangat merasa senang jika mendapat kiriman pahala kebaikan dari orang yg hidup di dunia

3. Pahala kebaikan yg dihadiahkan dan diniatkan secara khusus untuk ahli kubur lebih berharga dan bernilai tinggi daripada pahala kebaikan yang dihadiahkan secara umum (lil muslimin wal muslimat) meski seluruh muslimin yg telah wafat pasti sama2 mendapatkannya

4. Pentingnya memiliki keturunan yang sholih karena bisa diharapkan do’a nya untuk orang tua ketika telah wafat

5. Hendaknya kita meniatkan segala kebaikan dg mengirimkan pahalanya pada seluruh ahli kubur yg telah wafat, khususnya orang tua. Dan hal ini sama sekali tidak mengurangi jatah pahala kita

6. Sesibuk apapun kita dengan urusan dunia, jangan membuat kita lupa dengan amal akhirat

7. Ada beberapa orang yang memang dipilih oleh Allah untuk bisa mengetahui keadaan orang2 yang telah wafat melalui mimpinya

Semoga bermanfaat.
PP. Miftahul Huda, Gading Malang, 27 Oktober 2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar