Diceritakan bahwa ada
seorang ulama’ yang bermimpi melihat para ahli kubur dalam suatu tempat
pemakaman saling keluar dari kuburnya, dan masing2 mendapatkan sesuatu (entah,
ulama’ tsb tak mengetahui apa yg mereka bawa), dia merasa takjub melihat
mereka. Kemudian dia melihat seseorang yang duduk2 sendiri tak mengambil
apa-apa seperti yang dibawa oleh teman-temannya. Akhirnya terjadi percakapan
antara ulama’ tersebut (U) dan ahli qubur (Q) yg sedang duduk itu.
U: apa yg dibawa oleh
para ahli kubur itu?
Q: itu adalah hadiah
yg dikirimkan oleh muslimin di dunia, berupa pahala membaca al-qur’an, pahala
shodaqoh dan do’a
U: dan mengapa engkau
tak mengambilnya?
Q: aku tak butuh, aku
sudah cukup
U: kenapa kau bisa
merasa cukup dan tak butuh?
Q: karena pahala
khotmil qur’an yang dihadiahkan oleh anakku setiap hari. Saat ini ia berjualan
di pasar ini (dalam kitab disebut pasar al-fulany).
Setelah percakapan
itu, sang ulama’ terbangun dari tidurnya kemudian pergi ke pasar tempat anak
ahli kubur itu bekerja. Di sana, ia bertemu dg seorang pemuda yang berdagang
dan mulutnya berkomat-kamit seakan membaca sesuatu. Ulama’ itu pun bertanya,
“nak, apa yg sedang kau baca hingga mulutmu berkomat-kamit?” Pemuda itu
menjawab, “aku membaca al-Qur’an dan aku hadiahkan pahalanya untuk ayahku di
kuburnya.”
Selang beberapa waktu
setelah kejadian itu, sang ulama’ kembali bermimpi melihat para ahli kubur
keluar dari kuburnya dan membawa sesuatu seperti mimpi sebelumnya. Namun
ternyata, ahli kubur yg dilihatnya di mimpi pertama dulu hanya duduk tanpa
ikut2 ribut mengambil kiriman sekarang ikut mengambil dan membawa sesuatu
seperti yg dilakukan teman2nya. Sang ulama’ pun terbangun dari tidurnya dan
merasa heran dg mimpinya. Kemudian ia berangkat ke pasar dan ternyata ia
mendapat kabar bahwa pemuda (anak ahli kubur itu) telah wafat.
Sumber: Syaikh
Zainuddin bin Abdul ‘Aziz bin Zainuddin al-Malyabari, (Surabaya: Pustaka
al-Hidayah) Irsyadul ‘Ibad, hal: 35
Dari cerita di atas,
ada beberapa hikmah yg dapat kita ambil:
1. Sampainya pahala kebaikan yg diniatkan dan
dikirimkan oleh orang yg hidup kepada ahli kubur
2. Para ahli kubur sangat merasa senang jika mendapat
kiriman pahala kebaikan dari orang yg hidup di dunia
3. Pahala kebaikan yg dihadiahkan dan diniatkan
secara khusus untuk ahli kubur lebih berharga dan bernilai tinggi daripada
pahala kebaikan yang dihadiahkan secara umum (lil muslimin wal muslimat) meski
seluruh muslimin yg telah wafat pasti sama2 mendapatkannya
4. Pentingnya memiliki keturunan yang sholih
karena bisa diharapkan do’a nya untuk orang tua ketika telah wafat
5. Hendaknya kita meniatkan segala kebaikan dg
mengirimkan pahalanya pada seluruh ahli kubur yg telah wafat, khususnya orang
tua. Dan hal ini sama sekali tidak mengurangi jatah pahala kita
6. Sesibuk apapun kita dengan urusan dunia, jangan
membuat kita lupa dengan amal akhirat
7. Ada beberapa orang yang memang dipilih oleh
Allah untuk bisa mengetahui keadaan orang2 yang telah wafat melalui mimpinya
Semoga bermanfaat.
PP. Miftahul Huda, Gading Malang, 27 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar