Hari Jum’at, 25
Oktober 2013 lalu, saya membaca sebuah status yang diposting oleh Prof.
Nadirsyah Hosen, seorang putera bangsa Indonesia yang saat ini tinggal di
Australia. Setidaknya dari status beliau
ada sebuah pesan yang saya garis bawahi, bahwa “kita sebaiknya jangan hanya
menghabiskan waktu di media sosial seperti facebook dan twitter. Teruslah
berkarya dan produktif. Media sosial kan hanya sebagai pelengkap dan hiburan
saja.” Di kalimat2 selanjutnya beliau menceritakan bahwa sebagai dosen beliau
memiliki tugas utama yaitu mengajar, riset dan membimbing mahasiswa. Dalam
setahun belakangan ini (2012-203), di samping tugas beliau meng-organise
symposium, menguji desertasi, mengisi perkuliahan, menghadiri sejumlah seminar
di beberapa Negara, membimbing 4 mahasiswa PhD yang kemudian berhasil
menyelesaikan sekolahnya, menghasilkan 3 buah buku dan 7 artikel (padahal pihak
kampus hanya meminta beliau untuk mempublish 1 artikel di jurnal
internasional), juga mengabdi pada ilmu dan umat sebagai Rais Syuriyah PCI Nu
di Australia dan New Zealand serta President of The Council.
Membaca postingan
beliau membuat saya merinding dan berkaca pada diri sendiri. Dalam satu tahun
ini kukoreksi apa yang telah kulakukan, apa karya yang kuhasilkan, apa manfaat
yang bisa kutebarkan untuk sesama. Rasanya tak ada seujung kuku bandingannya
dengan apa yang telah dilakukan Prof. Nadirsyah Hosen. Status yang beliau tulis
3 hari lalu itu benar-benar menohokku, membuat saya bangkit dan berusaha
memperbaiki diri. Kalau beliau bisa melakukannya, kenapa saya tidak. Beliau
makhluq Allah, saya pun makhluq Allah. Beliau orang Indonesia, saya pula orang
Indonesia. Beliau makan nasi, saya pula makan nasi. Maka apa yang membuat
beliau begitu melejit berada di atas sana sebagai orang yang anfa’ lin naas,
sementara saya masih hanya berkutik dengan kebutuhan diri sendiri. Sekedar
mandi, tidur, makan, minum, sholat, fesbukan. Lalu apa yang telah kulakukan
untuk banyak orang? Lalu mana sisi manfaat yang bisa kupersembahkan? Ternyata saya
tidak lebih baik dari pohon yang masih bisa memberikan oksigen untuk manusia
dan binatang, ternyata saya tak lebih baik dari batu kerikil yang masih bisa
digunakan untuk bahan bangunan, ternyata saya tak lebih baik dari debu yang
masih bisa dimanfaatkan untuk tayammum.
Bentukku manusia, tapi esensiku tak ubahnya seperti zombie. Mayat hidup
yang tak bisa memberikan pengaruh apa-apa pada lingkungannya.
Saya mengoreksi dan
terus mengoreksi. Kupikir-pikir lebih dalam lagi. Bagaimana saya bisa produktif,
bagaimana saya bisa membuahkan manfaat pada orang lain, sementara diri ini tak
memiliki potensi. Memangnya apa yang telah kumiliki hingga bisa kubagikan pada
banyak orang? Sungguh diri ini adalah diri yang lemah. Kekayaan, saya tak
punya. Keilmuan, saya tak mumpuni. Kekuatan, saya terbatas. Kalau harta, ilmu dan kekuatan saja saya tak
punya maka apa yang bisa saya berikan?
Sudah tahu potensi
terbatas, ternyata usaha untuk mengembangkan potensi pun biasa-biasa saja.
Waktu yang dikaruniakan Allah padaku ternyata lebih banyak kubuang untuk
hal-hal yang sifatnya sia-sia. (Ya Tuhan,, sekali lagi hamba memohon ampun-Mu,
ternyata keislaman hamba masih perlu dipertanyakan, tiba-tiba teringat dengan
dawuh kanjeng nabi من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه).
Tidur berlama-lama, ngobrol tak ada gunanya, main game, lihat tv, fesbukan, mengaji
pada kyai tanpa muthola’ah kembali, mengerjakan tugas kuliah asal-asalan, tak
ada usaha menambah ilmu tiap harinya. Kalau sudah begini, bagaimana saya bisa
memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan. Sudah tahu processor otaknya hanya
intel Pentium 2, kok malas berusaha. Profesor yang processor otaknya sudah Core
i7 saja masih terus belajar dan belajar untuk melejitkan potensi, saya yang
processor otaknya hanya intel Pentium 2 masih bermalas-malasan di atas kasur
sambil lihat tv. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un…. Keinginan dan cita-cita
begitu tinggi, namun usaha untuk merealisasikan cita-cita itu kosong. Saya jadi
teringat dengan sebuah nadhom di kitab alaalaa yang saya pelajari saat masih
MI:
تمنيت أن تمشى
فقيها مناظرا # بغير عناء والجنون فنون
Maunya pintar, tapi
malas belajar. Maunya kaya, tapi malas bekerja. Bukankah itu suatu kegilaan dan
kebohongan yang nyata? Ternyata saya tak ubahnya seperti politikus2 yang suka
umbar janji tapi tak ada bukti. Bahkan diri ini lebih buruk, karena dholim pada
diri sendiri. Jika janji pada diri sendiri untuk menjadi orang yang lebih baik
saja tidak bisa saya tepati, maka bagaimana saya bisa menepati janji saya pada
orang lain.
Beliau adalah makhluq ciptaan
Allah, saya pula makhluq ciptaan Allah. Bedanya, beliau dikaruniai oleh Allah
kecerdasan dan potensi yang lebih tinggi dari saya. Maka dengan demikian,
perjuangan saya untuk menjadi seperti beliau harusnya lebih keras dan berat,
bukannya asal-asalan seperti ini. Beliau menjadi professor adalah termasuk hal
yang mumkinat, begitu pula saya menjadi professor adalah sebuah hal yang
mumkinat. Karena qudroh Allah berta’alluq dengan segala hal yang mumkinat, maka
saya yakin dengan mengerahkan segala usaha lahir batin dan husnudhon pada
Allah, Insyallah hal-hal mumkinat itu bisa terjadi. Baru tersadar, ketika saya
pesimis hingga akhirnya hanya berpangku tangan bukankah itu sama saja dengan
saya su’udhon pada Allah, bukankah itu berarti saya meragukan kekuasaan Allah
yang agung. Sesungguhnya tak ada kekuasaan dan kekuatan kecuali hanya milik
Allah semata. Namun Allah tak akan merubah keadaan seseorang sebelum orang itu
mau merubah dirinya sendiri.
Untuk Prof. Nadirsyah
Hosen, saya ucapkan banyak-banyak terima kasih karena telah menggugah saya,
membangunkan saya dari impian yang semu, menyalakan kembali obor semangat saya
untuk berilmu dan beramal. Jazaakumullah ahsanal jazaa’…
Ford ecosport titanium - www.titanium-arts.com
BalasHapusFord ecosport titanium trimmer titanium. Toegee, i had to titanium solvent trap be an American guy, and it seemed like the only place you gr5 titanium could titanium piercings ever play titanium mens rings poker online for real money.
l574p2gmoyf188 realistic dildo,Butterfly Vibrator,male sexy toys,vibrating dildos,black dildos,G-Spot Vibrators,Bullets And Eggs,realistic dildo,horse dildo p102s2mqfuu009
BalasHapus